• Bilal bin Rabah (Muadzin Rosulullaah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam) bag.I


    "Abu Bakar adalah Sayyid kita yang memerdekakan sayyid kita" ( Umar al-Faruq )

    Bilal bin Rabah muadzin Rosulullaah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam mempunyai kisah yang tergolong sangat mengaggumkan dalam usahanya mempertahankan akidah. Kisah dimana sejarah tidak pernah bosan untuk mengulang-ulanginya. Kisah dimana telinga tidak pernah puas untuk mendengarkannya.

    Bilal lahir di as-Sarah kurang lebih empat puluh tiga tahun sebelum hijrah dari seorang laki-laki bernama Rabah dan seorang wanita yang dikenal dengan nama Hamamah, seorang hamba sahaya hitam diantara hamba-hamba sahaya Makkah, oleh karena itu sebagian orang memanggilnya dengan Ibnu as-Sauda'.

    Bilal tumbuh di Ummul Qura, dia adalah hamba sahaya milik anak-anak yatim dari Bani Abdud Dar, bapak mereka mewasiatkannya kepada Umayyah bin Khalaf salah seorang pemuka kekufuran.

    Manakala cahaya agama baru bersinar di bumi Makkah dan Rosulullaah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam membisikkan kalimat tauhid ke hatinya, Bilal termasuk orang-orang yang masuk Islam di garis depan.

    Bilal masuk Islam sementara di muka bumi belum ada muslim kecuali beberapa orang dalam hitungan di bawah angka sepuluh dari kalangan orang-orang angkatan pertama yang di pelopori oleh Khadijah bin Khuwailid, Ummul Mukminin, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, Ammar bin Yasir dan ibunya Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad. [1]

    Bilal mendapatkan siksaan dari orang-orang musyrikin yang tidak didapatkan oleh siapapun. Dia menerima kerasnya adzab dari mereka dan beratnya tekanan serat kekejaman mereka yang tidak diterima oleh orang lain, namun dia dan orang-orang mukmin lemah lainnya bersabar menghadapi ujian di jalan Allaah dengan kesabaran diatas kesabaran orang lain.

    Abu Bakar ash-Shiddiq dan Ali bin Abu Thalib mempunyai keluarga besar yang melindungi dan kaum yang membela keselamatan mereka, hal ini berbeda dengan orang-orang mukmin yang lemah dari kalangan para hamba sahaya seperti Bilal, sehingga orang-orang Quraisy bisa menyiksa mereka dengan siksaan yang berat tanpa ada orang yang bisa melindungi mereka.

    Orang-orang Quraisy hendak menjadikan orang-orang lemah tersebut sebagai pelajaran bagi orang-orang lain yang bermaksud mencampakkan tuhan-tuhan mereka dan mengikuti ajaran Muhammad Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam.

    Yang menangani penyiksaan terhadap orang-orang mukmin yang lemah tersebut adalah orang-orang kafir Quraisy yang paling bengis hatinya dan paling kejam perilakunya. Abu Jahal [2] menangani penyiksaan terhadap Sumayyah, dia berdiri didepannya sambil memaki dan mencaci, kemudian menusukknya dengan tombak yang masuk dibawah perutnya sampai menembus punggungnya. Sumayyah adalah wanita Syahid pertama.

    Adapun saudara-saudara seiman Sumayyah seperti Bilal bin Rabah maka penyiksaan Quraisy terhadap mereka berlangsung lama dan memilukan.

    Jika matahari berada diatas kepala dan padang pasir Makkah menyala dengan sangat panasnya, orang-orang Quraisy melepaskan baju orang-orang mukmin yang lemah tersebut dan menggantinya dengan baju besi lalu menjemur mereka dibawah terik matahari dan menghantam punggung mereka dengan cambuk dan memerintahkan mereka untuk mencaci Muhammad Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam.

    Jika orang-orang lemah itu merasakan beratnya siksaan di mana kekuatan mereka tidak mampu lagi untuk memikulnya, maka merekapun mengikuti apa yang dikatakan oleh para penyiksa kejam tersebut, namun hati mereka tetap Istiqomah kepada Allaah dan Rosul-Nya kecuali Bilal. dia merasa jiwanya tidak akan berarti apapun di jalan Allaah Subhanahu wa Ta'ala (apabila dia mau menuruti kemauan mereka untuk mencaci orang yang di muliakannya).

    Yang memikul dosa penyiksaan terhadap Bilal adalah Umayyah bin Khalaf dan kaki tangannya. Mereka mencambuk punggung Bilal dengan cemeti dan Bilal hanya bisa menyambutnya dengan ucapan, "Ahad. Ahad". Mereka meletakkan batu besar diatasnya dan Bilal hanya bisa menerimanya dengan ucapan, "Ahad. Ahad". Mereka memperberat penyiksaan dan Bilal hanya bisa bergumam, "Ahad. Ahad".

    Mereka memaksanya menyebut nama Latta dan Uzza [3], namun Bilal membalas mereka dengan menyebut nama Allaah dan Rosul-Nya. Mereka berkata kepadanya, "Katakan seperti apa yang kami katakan." Maka Bilal menjawab, "Lidahku tidak bisa mengucapkannya." Maka mereka semakin meningkatkan siksaan dalam menganiayanya.

    Jika Thagut yang sombong Umayyah bin Khalaf merasa bosan menyiksanya maka dia akan mengalungkan tambang yang kasar ke leher Bilal lalu menyerahkannya kepada anak-anak dan orang-orang bodoh, lalu dia memerintahkan mereka agar menyeretnya di perbukitan atau di padang pasri Makkah.

    Bilal sendiri menikmati siksaan mereka di jalan Allaah dan Rosul-Nya, dia selalu mengulang-ngulang ucapannya yang mulia, "Ahad. Ahad. Ahad. Ahad". Dia tidak pernah bosan mengulangnya, tidak pernah jenuh mengucapkannya.

    Abu Bakar telah menawar Bilal kepada Umayyah bin Khalaf, maka Umayyah pun mematok harta tinggi, dia tidak menyangka bahwa Abu Bakar tetap akan membeli Bilal. Maka Abu Bakar membelinya dengan harta sembilan uqiyah emas. Setelah Abu Bakar membelinya,

    Umayyah berkata, "Kalau kamu tidak mau membelinya kecuali dengan harga satu uqiyah niscaya aku akan menjualnya."

    Maka ashh-Shiddiq menjawab, "Kalau kamu tidak menjualnya kecuali dengan harga seratus uqiyah niscaya aku tetap akan membelinya".

    Manakala ash-Shiddiq menyampaikan kepada Rosulullaah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam, bahwa dia telah membeli Bilal dan menyelamatkannya dari tangan-tangan yang menyiksanya, Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya, "Biarkan aku ikut berperan serta wahai Abu Bakar." Maka Abu Bakar menjawab, "Aku telah memerdekakannya ya Rosulullaah."

    Demikian kisah Bilal bagian pertama ini, semoga menambah wawasan kita untuk mengenal Sahabt nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam. Bagaimana mereka berjuang dengan sekuat tenaga walaupun siksaan menimpa mereka, mereka tetap beriman kepada Allaah dan Rosul-Nya.

    bersambung Insya Allaah ke bagian kedua

    Cilegon, 26 Februari 2012 / 3 Rabiul Akhir 1433H

    Image and video hosting by TinyPic

    Lihat juga artikel tentang kisah Shahabat disini Kisah Sahabat

    [1]Al-Miqdad bin Al-Aswad adalah al-Miqdad bin Amru, masuk Islam di awal dakwah nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam, berhijrah ke Habasyah dan Madinah, ikut dalam perang Badar dan lainnya. wafat tahunn 33H di zaman khilafah Utsman.
    [2]Lihat kematian Abu Jahal dalam buku Hadats fi Ramadhan karya Dr. Abdurrahman Ra'fat Basya (penulis buku Mereka adalah para Sahabat)
    [3]Lata dan Uzza, lihat peristiwa kedua berhala ini dalam buku Hadats fi Ramadhan karya Dr. Abdurrahman Ra'fat Basya (penulis buku Mereka adalah para Sahabat)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan menjaga adab-adab yang sopan, dan silahkan memberikan masukkan pada kolom komentar. Apabila kiranya ingin meng-COPAS artikel ini, silahkan tulis sumbernya http://menuntutilmusyari.blogspot.com/ Syukron, Jazaakumallaah khair