• “Allaah telah menamai kita muslim, kenapa harus menisbahkan diri kita pada Salaf ?"


    السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


    إنّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيّئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضلّ له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله {يا أيّها الذين آمنوا اتقوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ ولا تَمُوتُنَّ إلاَّ وأَنتُم مُسْلِمُونَ} {يا أيّها الناسُ اتّقُوا ربَّكمُ الَّذي خَلَقَكُم مِن نَفْسٍ واحِدَةٍ وخَلَقَ مِنْها زَوْجَهاوبَثَّ مِنْهُما رِجالاً كَثِيراً وَنِساءً واتَّقُوا اللهََ الَّذِي تَسَائَلُونَ بِهِ والأَرْحامَ إِنَّ اللهَ كان عَلَيْكُمْ رَقِيباً } {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمالَكمْ ويَغْفِرْ لَكمْ ذُنوبَكُمْ ومَن يُطِعِ اللهَ ورَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً}

    Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla Yang kita memuji-Nya, kita memohon pertolongan dan pengampunan dari-Nya, yang kita memohon dari kejelekan jiwa-jiwa kami dan keburukan amal-amal kami. Saya bersaksi bahwasanya tiada Ilah yang Haq untuk disembah melainkan Ia dan tiada sekutu bagi-Nya serta Muhammad Shalallahu Alaihi wa salam adalah utusan Allah Azza wa Jalla. “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan islam”

    Dan saya memuji, ruku’ dan sujud kepada Allah yang Maha Besar. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Shalawat serta salam kepada Muhammad bin Abdullah, beserta para keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman. wa ba’ad

    Ketahuilah yang disebut dengan istilah salaf atau salafus shalih yang bermakna para pendahulu, seperti ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam kepada Fathimah:

    فَاتَّقِي اللهَ وَاصْبِرِيْ فَإِنَّهُ نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ. (رواه مسلم، فضائل فاطمة 2/245حديث 98)

    “Bertaqwalah kepada Allah (wahai Fathimah) dan bersabarlah. Dan aku adalah sebaik-baik salaf (pendahulu) bagimu.” (HR. Muslim)

    Yakni yang dimaksud oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam ialah bahwa beliau yang mendahuluinya dalam kebaikan sehingga makna salaf adalah orang-orang yang mendahului dalam kebaikan. Istilah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam ini dikenal untuk menyebut para shahabat dan tabi’in yang mendahului kita di jalan Sunnah. Jalan merekalah yang harus ditempuh oleh generasi yang datang setelahnya, memahami dengan pemahaman mereka, menerapkan dan mendakwahkannya seperti mereka. Jalan merekalah yang kemudian dikenal dengan istilah manhaj salaf, metode salaf, ajaran salaf atau pemahamansalaf dan lain-lain. Ringkas kata, ketika seseorang mengaku muslim, maka konsekwensinya adalah harus menjadi Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dan seseorang yang mengaku Ahlus Sunnah wal Jama’ah harus berpegang teguh dengan manhaj Salaf. Kalau tidak demikian maka hal itu hanyalah sekedar pengakuan tanpa bukti dan hanya penamaan tanpa arti.“ Salafy

    ”Para shahabat-pun sering menggunakan istilah salaf untuk menyebutkan tentang mereka-mereka yang sudah mendahuluinya. Seperti ucapan Anas bin Malik. Tatkala beliau melihat kerusakan-kerusakan kaum muslimin ketika itu, beliau berkata:

    “Kalau saja ada seseorang dari kalangan salaf yang pertama dibangkitkan hari ini, maka dia tidak akan mengenali Islam sekarang sedikitpun kecuali shalat ini”. (al-I’tisham, Imam asy-Syathibi, juz 1 hal 34)

    Demikian pula para ulama sepeninggal beliau. Mereka pun sering menyebut istilah salaf untuk menerangkan bahwa jalan yang benar adalah jalan salaf, yakni jalannya para shahabat.

    Berkata Maimun bin Mahram meriwayatkan dari ayahnya: “Kalau saja ada seseorang dari kalangan salaf dibangkitkan diantara kalian, niscaya dia tidak mengenali keislaman kecuali kiblat ini" (Al-I’tisham, Imam asy-Syathibi, Juz 1 hal 34).

    ”Oleh karena itu istilah salaf dikenal oleh para ulama untuk menunjukkan generasi pertama dan utama dari umat ini seperti yang pernah diucapkan oleh Imam Bukhari, Ibnu Hajar al-Atsqalani dan selainnya. Simaklah apa yang dinasehatkan oleh Abu Amr al-Auza’i: “Sabarkanlah dirimu di atas jalan sunnah. Berhentilah kamu dimana kaum itu berhenti. Ucapkanlah apa yang mereka ucapkan. Tinggalkanlah apa yang telah mereka tinggalkan dan jalanilah jalan salafmu yang shalih.”

    Beliau juga berkata: “Wajib bagi kalian untuk berpegang dengan jejak-jejak salaf walaupun manusia menolakmu. Dan hati-hatilah kalian dari pendapat-pendapat manusia walaupun mereka mengindahkan ucapannya untukmu.” Dan masih banyak ucapan ulama yang lainnya.” Salafy

    Imam Bukhari (6/66 Fathul Bari) : “Rasyid bin Sa’ad berkata : Dulu para salaf menyukai kuda jantan, karena dia lebih cepat dan lebih kuat. Al-Hafidz Ibnu Hajar: Yaitu dari para sahabat dan orang setelah mereka.”

    Imam Abu Hanifah (meninggal tahun 150 H) Rahimahullah berkata:”Ikutilah Atsar (yang telah diriwayatkan) dan jalannya para Salaf (ulama yang terdahulu yg shalih) serta berhati-hatilah pada perkara-perkara yang baru (inovasi baru dalam Dien), sebab hal itu adalah bid’ah” (Diriwayatkan oleh As Suyuthi dalam Saunul Mantiq wal Kalam hal.32).

    Imam Muslim membawakan perkataan dari muqoddimah Shahihnya (Shahih Muslim hal 16) mengenai Abdullah Ibnul Mubarak yang berkata di depan orang-orang, “Tinggalkan hadits-haditsnya ‘Amr bin Tsabit, yang dia gunakan untuk mencaci-maki para Salaf“. Salafy

    Manhaj salaf adalah suatu istilah untuk sebuah jalan yang terang lagi mudah, yang telah ditempuh oleh para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tabi’in dan tabi’ut tabi’in di dalam memahami dinul Islam yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seorang yang mengikuti manhajsalaf ini disebut Salafy atau As-Salafy, jamaknya Salafiyyun atau As-Salafiyyun.

    Al-Imam Adz-Dzahabi berkata: “As-Salafi adalah sebutan bagi siapa saja yang berada di atas manhaj salaf.” (Siyar A’lamin Nubala` 6/21).

    Al-Imam Al-Auza’i berkata: “Wajib bagimu untuk mengikuti jejak salaf walaupun orang-orang menolakmu dan hati-hatilah dari pemahaman/pendapat tokoh-tokoh itu, walaupun mereka mengemasnya untukmu dengan kata-kata (yang indah).” (Asy-Syari’ah, Al-Ajurri hal. 63).

    Al-Imam As-Sam’ani berkata: “Syi’ar Ahlus Sunnah adalah mengikuti manhaj as-salafush shalih dan meninggalkan segala yang diada-adakan (dalam agama).” (Al-Intishar li Ahlil Hadits, Muhammad bin ‘Umar Bazmul hal. 88).

    Al-Imam Al-Ashbahani berkata: “Barangsiapa menyelisihi shahabat dan tabi’in (salaf) maka ia sesat, walaupun banyak ilmunya.” (Al-Hujjah fii Bayanil Mahajjah 2/437-438).

    Al-Imam Asy-Syathibi berkata: “Segala apa yang menyelisihi manhaj salaf maka ia adalah kesesatan.” (Al-Muwafaqat 3/284).

    Ibnu Mandzur: “Salaf adalah orang yang mendahuluimu dari nenek moyang serta kerabatmu yang lebih di atasmu baik dari usia maupun keutamaan. Oleh karenanya generasi pertama umat ini dari kalangan tabi’in dinamakan salafush shalih.” (Lisanul Arab 9/159)

    Rasulullah Shallallahu ‘alihi wa sallam pernah berkata kepada putri beliau Zainab Radhiyallahu ‘anha ketika dia meninggal, “Susullah salaf shalih (pendahulu kita yang sholeh) kita Utsman bin Madz’un” (Hadits Shahih Riwayat Ahmad 1/237-238 dan Ibnu Saad dalam Thobaqaat 8/37 dan dishahihkan oleh Ahmad Syakir dalam Syarah Musnad No. 3103)

    Dalam keputusan Majelis Ulama (Saudi Arabia), No 1361 (1/165) disana terdapat pernyataan, “Salafiyyah adalah suatu penisbahan kepada Salaf dan Salaf adalah Shahabat Rasulullah (Shallallahu ‘alaihi wasalam) dan di bawah bimbingan Imam dari tiga yang pertama generasi (semoga ALLAAH meridlai mereka), kebaikan mereka telah disaksikan oleh Rasulullah (Shallallahu ‘alaihi wasalam), “Yang terbaik adalah ummat generasiku (Shahabat Nabi), kemudian mereka yang mengikuti setelahnya (Tabi’in), kemudian mereka yang mengikuti setelah mereka (Tabi’iut Tabi’in), kemudian akan ada ummat yang datang, kesaksian mereka mendahului sumpah mereka dan sumpah mereka akan mendahului kesaksian mereka.” Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dan juga oleh al-Bukhari dan Muslim.

    Dan “Salafy” (Salafiyyun) adalah yang jamak dari Salafi“, yang mereka menisbahkan kepada Salaf, dan berarti yang mendahului. Dan mereka yang berpegang diatas manhaj Salaf, diantara para pengikut Kitab (Al Quran) dan Sunnah, atau mereka yang berdakwah di atas keduanya dan serta yang bertindak sesuai mereka disebut kedua-duanya, dan beramal diatasnya (Al Quran dan Sunnah), maka mereka jelas termasuk dalam golongan Ahlus-Sunnah Wal-Jama’ah.” Sebagaimana dinyatakan ‘ Abdul Aziz bin Abdurahman Al As-Sa’ud, ”Tentu saja aku adalah Salafy, Aqidahku adalah Salafiyyah, dengannya (pernyataan ini) aku memerlukan untuk berpegang di atas Kitab (Al Quran) dan Sunnah”. (yang dinyatakan saat berhaji th 1965, ‘ Al-Mushaf Was-Saif’ Hal.135). “ Salafy

    Al Allaamah Abdul Aziz Ibn Baz dahulu (sebelum meninggal) adalah mufti Saudi Arabia – pernah ditanya : “Apakah yang anda katakan tentang seseorang yang menamai dirinya ‘Salafy’ atau ‘Atsari’ ? Apakah ini termasuk menganggap dirinya bebas dari kesalahan/suci ?”

    Kemudian Syaikh menjawab : “Semoga ALLAH mengasihi dirinya. “Ketika dia berkata jujur (dengan klaim dirinya) bahwa dia adalah Salafy atau Atsari (dgn bukti dhohirnya – red, maka tidak mengapa penyebutan tsb. Hal ini identik dengan perkataan ‘Si Fulan adalah Salafi’ atau ‘Si Fulan adalah Atsari’. Ini merupakan pujian yang diperlukan dan bahkan diharuskan”. (Untuk membedakan diri dari aliran yg keliru – red). Sumber : Kaset Haqq ul-Muslim 16/1/1413 Ta’if.

    “Sesungguhnya salaf adalah generasi pertama dan yang mulia dari umat ini. Barangsiapa yang mengikuti jejak mereka dan berjalan diatas metode mereka maka dialah Salafi dan barangsiapa yang menyelisihi mereka maka dia adalah al-kholaf” (Ta’liq Syaikh Hamd At-Tuwaijiri atas kitab Aqidah Hamawiyah hal 203)“
    Salafy

    Kemudian ada yang bertanya, “Allah telah menamai kita muslim, kenapa harus menisbahkan diri kita pada Salaf?

    Syubhat ini telah dijawab dengan sangat indahnya oleh Al Imam Al Albani rahimahullah – muhadits ternama di era ini – dalam diskusinya dengan seseorang (Abdul Halim Abu Syakkah), yang direkam dalam kasetnya yang berjudul “Saya seorang Salafy”, dan inilah sebagian hal yang penting dari diskusi itu:

    Syaikh Al Albani berkata : “Jika dikatakan padamu, apa madzhabmu, maka apa jawabanmu?”

    Penanya : “Muslim”

    Syaikh Al Albani : “Ini tidaklah cukup”

    Penanya : “Allah telah menamai kita dengan muslim (kemudian dia membaca firman Allah), ‘Dialah yang telah menamai kalian orang-orang muslim dari dahulu (Al Haj Surat 22 ayat 78)’”

    Syaikh Al Albani : “Ini merupakan jawaban yang tepat, jika kita berada disaat Islam itu pertama kali muncul, sebelum firqah-firqah bermunculan dan menyebar. Tapi jika ditanyakan, pada saat ini, pada setiap muslim dari berbagai macam firqah yang berbeda dengan kita dalam masalah aqidah, maka jawabannya tidaklah jauh dari kalimat ini. Mereka semua, seperti Syi’ah Rafidlah, Khariji, Nusayri Alawi, akan berkata ‘Saya muslim’. Sehingga penyebutan “muslim” (saja) tidak cukup pada saat ini.”

    Penanya : “Kalau begitu, (saya akan berkata) saya adalah Muslim berdasarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah”

    Syaikh Al Albani : “Ini juga tidak cukup”

    Penanya : ”Kenapa?”

    Syaikh Al Albani : “Apakah kamu menemukan dari mereka yang telah kita sebutkan tadi, akan mengatakan ,’kami adalah adalah muslim yang tidak berdasarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah?’ atau seorang dari mereka berkata “Saya seorang Muslim tetapi tidak berdasarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah?”

    Maka selanjutnya Syaikh Al Albani menjelaskan dengan jelas akan pentingnya berada di atas Al Qur’an dan As Sunnah dan memahami di atas cahaya (pemahaman) Salafush Shalih (pendahulu yang sholih).

    Penanya : “Kalau begitu, saya akan menyatakan bahwa saya adalah muslim yang berdasarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah dengan mengikuti pemahaman Salafus Shalih“

    Syaikh Al Albani : “Jika seseorang bertanya padamu tentang madzhabmu, apakah ini yang akan kamu katakan?”

    Penanya : “Ya”

    Syaikh Al Albani : “Bagaimana pendapatmu, bila kita menyingkat kalimat ini dalam pembicaran (Muslim yang berdasarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah dengan mengikuti pemahaman Salafus Shalih), yang lebih ringkas dan menunjukkan makna dengan ‘Salafi’”. (Selesai penukilan)

    Maka intisari dari percakapan itu adalah penamaan muslim atau sunni tidaklah cukup, sebab semua orang akan menyatakan demikian.

    Dan Imam Al Albani telah menekankan pentingnya Al Haq untuk membedakan diri dari kebathilan, dengan berdasarkan pada aqidah dan manhaj, yang diambil dari Salafus Shalih, yang merupakan lawan dari macam-macam firqah dan hizbi yang memahami Dien ini dengan berdasarkan pada pemikiran guru-guru mereka atau pemimpin-pemimpin mereka dan tidaklah mereka mengambilnya dari Salaf secara mendasar -. Salafy. Kini jelas sudah penisbatan salafi memiliki dasar jelas.

    Namun, sangat disayangkan, definisi dan penjabaran panjang lebar dari kitab-kitab yang jelas-jelas memakai judul ‘salaf’ tidak dapat dimengerti oleh orang-orang yang lama di pondok pesantren atau bergelut untuk menuntut Ilmu agama ini.

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Tidak tercela bagi siapa saja yang menampakkan manhaj salaf, berintisab dan bersandar kepadanya, bahkan yang demikian itu disepakati wajib diterima, karena manhaj salaf pasti benar.” (Majmu’ Fatawa 4/155).

    Beliau juga berkata: “Bahkan syi’ar ahlul bid’ah adalah meninggalkan manhaj salaf.” (Majmu’ Fatawa 4/155).

    Kemudian berkata lagi (4/156) : “Adapun (anggapan) ajaran Salaf termasuk menjadi syi’ar Ahlul Bid’ah maka itu satu kebatilan karena hal itu tidak mungkin kecuali ketika kebodohan merajalela dan ilmu sedikit”.

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam Majmu’ Fatawa 4/149 : “Tidak ada celanya atas orang yang menampakkan manhaj Salaf, menisbatkan kepadanya dan bangga dengannya, bahkan pernyataan itu wajib diterima menurut kesepakatan Ulama, karena madzhab Salaf tidak lain adalah kebenaran itu sendiri.” Salafy

    Demikian semoga bermanfaat dan bagi antum yang masih bertanya2 tentang Manhaj ini semoga artikel ini dapat membuka wawasan antum, sehingga antum mau kembali kepada Manhaj Salaf ini, dan menjadikan antum berilmu sebelum berkata dan beramal. Allaahu 'Alam bishshowab.

    Cilegon, 12 Februari 2012 / 19 Rabiul Awal 1433 H

    Image and video hosting by TinyPic

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan menjaga adab-adab yang sopan, dan silahkan memberikan masukkan pada kolom komentar. Apabila kiranya ingin meng-COPAS artikel ini, silahkan tulis sumbernya http://menuntutilmusyari.blogspot.com/ Syukron, Jazaakumallaah khair