• Abu Hurairah ad-Dausi (wafat 57 H) bag. II


    Sebagaimana Abu Hurairah menyintai ilmu untuk dirinya, dia juga menyintai ilmu untuk orang lain. Suatu hari Abu Hurairah masuk kepasar Madinah, dia terkejut melihat kesibukan orang banyak, mereka tenggelam dalam perniagaan jual-beli, menerima dan memberi, maka dia mendekat dan berdiri dihadapan mereka,
    dia berkata,"Betapa lemahnya kalian wahai penduduk Madinah"

    Mereka bertanya, "Apa kelemahan kami yang engkau ketahui wahai Abu Hurairah"??

    Abu Hurairah berkata, "Warisan Rosulullaah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam dibagi namun kalian tetap disini? mengapa kalian tidak berangkat dan mengambil bagian kalian darinya"?

    Mereka bertanya, "Di mana wahai Abu Hurairah"?

    Abu Hurairah menjawab, "Masjid".

    Maka orang banyakpun bergegas keluar dari pasar sementara Abu Hurairah tetap berdiri di tempatnya sampai mereka kembali, manakala mereka melihat Abu Hurairah, mereka berkata, "Wahai Abu Hurairah, kami telah masuk masjid dan kami tidak melihat apapun disana."

    Abu Hurairah balik bertanya, "Apakah kalian tidak melihat orang banyak di Masjid"?

    Mereka menjawab, Kami melihat, kami melihat sekelompok orang sedang shalat, sekelompok orang sedang membaca Al-Qur'an dan sekelompok orang belajar Halal dan Haram."

    Abu Hurairah berkata, "Celaka kalian, itulah warisan Muhammad Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam".

    Kesungguhan Abu Hurairah kepada Ilmu dan kehadirannya di majelis-majelis Rosulullaah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam telah membuatnya harus memikul kelaparan dan kesulitan hidup yang tidak dipikul oleh orang lain.

    Abu Hurairah berkata tentang dirinya sendiri ;

    Aku pernah didera kelaparan yang sangat, sampai-sampai aku terpaksa berpura-pura bertanya kepada seorang laki-laki dari sahabat-sahabat Rosulullaah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam tentang satu ayat al-Qur'an padahal aku sudah mengetahuinya, aku melakukan hal itu dengan harapan dia berkenan membawaku ke rumahnya dan memberiku makan.

    Suatu hari aku benar-benar merasa sangat lapar, sampai aku mengganjal perutku dengan batu. Ak duduk di jalan yang biasa dilalui oleh para sahabat. Tidak lama kemudian Abu Bakar pun lewat, aku bertanya kepadanya tentang sebuah ayat di dalam kitab Allaah, aku tidak bertanya kepadanya kecuali agar dia membawaku ke rumahnya, namun dia tidak melakukannya.

    Kemudian Umar bin al-Khatthab lewat didepanku, aku melakukan hal yang sama dengan yang kulakukan kepada Abu Bakar dan Umar juga melakukan hal yang sama dengan Abu Bakar, sampai akhirnya Rosulullaah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam lewat didepanku, beliau tahu aku sedang lapar. beliau bertanya, "Abu Hurairah"

    Aku menjawab, "Ya Rosulullaah".

    Lantas aku mengikuti masuk rumah bersama beliau. Beliau melihat satu bejana berisi susu. Beliau bertanya kepada keluarga beliau, "Darimana kalian mendapatkan susu ini"?

    Mereka menjawab, "Fulan mengirimnnya untuku engkau".

    Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kepadaku, "Abu Hurairah, pergilah kepada ahli Shuffah [1] dan panggil mereka kemari."

    Permintaan beliau kepadaku untuk mengundang mereka tidak menyenangkanku, aku berkata dalam diriku,
    "Apa yang bisa dilakukan oleh susu ini terhadap ahli shuffah? semestinya aku dulu yang minum sehingga aku kuat lalu aku pergi kepada mereka."

    Aku datang kepada ahli shuffah, aku mengundang mereka dan mereka pun datang, manakala mereka duduk di hadapan Rosulullaah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam, beliau bersabda kepadaku, "Ambillah bejana itu dan berikanlah kepada mereka".

    Aku pun memberikan minum mereka satu persatu hingga mereka semuanya kenyang, kemudian aku memberikan bejana susu tersebut kepada Rosulullaah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam. Beliau memandangku dengan tersenyum seraya bersabda, "Tinggal aku dan kamu wahai Abu Hurairah"

    Aku menjawab, "Benar ya Rosulullaah"

    Beliau bersabda, "Minumlah". Maka aku pun minum.

    Beliau bersabda, "Minumlah". Maka aku minum.

    Dan beliau terus bersabda, "Minumlah".

    Dan aku terus minum sampai aku berkata,

    "Demi Allaah yang mengutusmu dengan kebenaran, tidak ada ruang dalam perutku untuknya".

    Maka Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam mengambil bejana dan minum sisanya.

    Alhamdulillaah, kisah Abu Hurairah rodhiyallaahu 'Anhu bagian kedua ini telah selesai di buat, sampai disini dulu kisah sahabat Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam. semoga bermanfaat dan dapat mengambil Ibroh dari kisah ini... bersambung Insya Allaah.

    Diambil dari buku :Mereka adalah Para Sahabat
    Judul Asli :Shuwaru min Hayatish Shahabah
    Penulis :Dr. Abdurrahman Ra'fat Basya
    Muraja'ah :Team at-Tibyan

    Cilegon, 31 Januari 2012 / 7 Rabi'ul Awal 1433 H

    Image and video hosting by TinyPic

    Artikel di share di Facebook

    [1] Mereka adalah tamu-tamu Allaah dari kalangan kaum muslimin yang miskin, yang tidak mempunyai keluarga, tidak mempunyai harta dan tidak mempunyai anak, mereka tinggal di shuffah masjid Rosulullaah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam sehingga mereka dikenal dengan ahli shuffah

    Lihat artikel terkait,

    Kisah Abu Hurairah bag. I

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan menjaga adab-adab yang sopan, dan silahkan memberikan masukkan pada kolom komentar. Apabila kiranya ingin meng-COPAS artikel ini, silahkan tulis sumbernya http://menuntutilmusyari.blogspot.com/ Syukron, Jazaakumallaah khair